Skip to main content

Merdeka Belajar, Miskonsepsi belajar

Jargon Merdeka Belajar sering kita dengar akhir akhir ini. Apa sebenarnya makna dari merdeka belajar?

Saya pernah mengisi sebuah seminar dan berbicara tentang Merdeka Belajar. Banyak respon tidak percaya dengan konsep merdeka belajar yang diperkenalkan.

"Bu, bagaimana kita bisa merdeka belajar sedangkan kita saja masih belajar untuk merdeka?"

Dan sebagian peserta langsung riuh mengiyakan dan menyetujui pernyataan dari peserta tersebut.

  • Apa itu merdeka belajar?
  • Bagaimana kita menerapkan merdeka belajar dalam profesi kita?

Lalu, kenapa merdeka belajar penting? 


Menurut beberapa penilitian masalah utama belajar selama ini lebih ke arah motivasi. Lalu kenapa motivasi tiap orang dalam belajar berbeda? Apa hubungan merdeka belajar dengan motivasi? 

Merdeka belajar sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, karena pendidikan menghilangkan belenggu kesenjangan dan membentuk karakter calon pemimpin bangsa. Ki Hadjar Dewantara memandang pendidikan sebagai pendorong bagi perkembangan siswa yaitu pendidikan mengajarkan untuk mencapai perubahan dan kebermanfaatan bagi lingkungan sekitar. Sebagai guru, kita wajib memberikan tauladan merdeka belajar bagi murid murid kita.

Motivasi tumbuh dari rasa cinta dan cinta tumbuh dari perasaan merdeka. Seseorang akan menunjukkan kecintaan terhadap belajar apabila dia bisa merasa merdeka untuk belajar, merdeka untuk berkspresi. Merdeka belajar merupakan salah satu bentuk implementasi nilai-nilai pembentuk karakter bangsa dimulai yang dari pembenahan sistem pendidikan dan metode belajar. Diharapkan merdeka belajar dapat memberikan perubahan ke arah yang lebih baik serta memberikan manfaat pada lingkungan. 

Apakah merdeka itu sama dengan bebas?

Dari pemaparan mas menteri, kita mendapatkan kata kunci yaitu faktor intrinsik, faktor dari dalam. Bisa kita artikan bahwa merdeka itu bukanlan bebas sepenuhnya. Merdeka belajar disini bisa kita maknakan sebagai motivasi dari dalam untuk belajar, bukan karena paksaan atau penugasan, bukan iming iming tunjangan atau uang transport dan bukan pula karena iming iming sertifikat.

"Ah, susah bu," "Lah buat apa kita belajar tenpa sertifikat, apa manfaatnya buat pekerjaan kita", "Loh sertifikat kan untuk menunjang peningkatan karir profesi kita"

Ada pemikiran seperti itu tidak? Tenang anda tidak sendiri. Saya juga pernah seperti ini di masa jahiliyah dulu 😊

Bagaimana kita bisa Merdeka Belajar? Apakah ciri ciri guru yang Merdeka Belajar?


Dari pemaparan yang disampaikan bu Najeela Shihab pada pembukaan TPN 2016, ada beberapa kunci dari menumbuhkan Kemerdekaan Belajar.
  • Komitmen: Pembelajar harus memiliki komitmen kuat terhadap tujuan yang akan diraih. Tujuan pembelajaran yang memberi pengaruh terhadap perkembangan anak didik di dalam kelas. Tujuan yang membawa guru untuk selalu semangat menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran.Namun, ada saja tantangan yang dirasakan di dalam prosesnya yaitu kadangakala guru lupa membedakan mana yang termasuk cara dan tujuan komitmen. Banyak guru malah menghabiskan waktunya untuk fokus mengurus tugas administrasi, menyiapkan akreditasi, atau ketentuan birokrasi lainnya yang sebenarnya adalah cara namun kemudian menjadi prioritas dan tujuan utama. Sehingga, guru cenderung mengesampingkan komitmen awal yang dimiliki.
  • Mandiri: Dalam kemandirian, ada sebuah anak tangga tingkatan dimulai dari tingkata pertama yaitu anak tangga (1) manipulasi, (2) kesadaran, (3) interaksi/dialog, (4) masukan/konsultasi, (5) kemitraan, (6) pemberdayaan, (7) kendali, dan (8) mandiri. Menjadi guru mandiri tidaklah mudah karena ada banyak anak tangga yang perlu dilewati dan konsistensi sehingga menjadi guru yang memegang kendali atas proses belajar masing-masing dan kemudian berada di atas puncak sebagai guru mandiri. 
  • Refleksi: Kegiatan refleksi adalah kegiatan melihat cermin dan mengamati diri sendiri sebagai pelaku utama dalam kelas namun hal ini sulit untuk dilakukan. Akhirnya, banyak diantaranya yang selalu berdalih untuk melihat pelaku lain sebagai alasannya, seperti masyarakat belum paham, murid-murid tidak mengerti, orang tua yang menentang yang faktanya diri sendirilah yang merasa takut untuk berubah. 

Ada banyak hambatan dan permasalahan untuk menjadi guru yang merdeka belajar yaitu memahami adanya miskonsepsi di dalam dunia pendidikan. Miskonsepsi yang perlu ditindaklanjuti oleh guru belajar agar dapat mewujudkan sistem pendidikan nasional, yaitu:

  1. Guru mau belajar seringnya terdorong karena motivasi eksternal (mendapat sertifikat, insentif, namun sejatinya guru perlu belajar sebagai kebutuhan alamiah. Tidak ada paksaan ataupun iming-iming saat mau belajar.
  2. Guru banyak yang ingin belajar dari para pakar pendidikan, padahal belajar antarsesama guru dapat menjadi salah satu cara efektif untuk saling bertukar informasi dan berbagi tentang praktik baik di pembelajaran.
  3. Guru hanya terbatas membangun pertanyaan dengan “how to”, tetapi secara aplikatif guru perlu mengenalkan hal-hal yang berbeda dan menarik kepada murid-muridnya. Guru yang adaptif belajar dengan tujuan dalam konteks yaitu dengan mmberikan pertanyaan-pertanyaan tentang “why” dalam setiap kondisi di dalam kelas.
  4. Guru sering fokus terhadap pemenuhan target yang dipaksakan  untuk selesai serta nilai capaian KKM dengan mengejar ketertinggalan materi di dalam kompetensi dasar pembelajaran. Namun, secara alami, proses belajar membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Seiring dengan proses belajar yang membutuhkan waktu, guru dapat menciptakan inovasi dengan baik dengan melihat dan memahami inovasi tersebut apakah sudah sesuai kebutuhan murid atau belum.
  5. Guru lebih mengutamakan kompetensi secara individual ketika belajar. Tetapi, guru merdeka belajar adalah mereka yang berani mengambil aksi untuk kompetensi tumbuh bersama lingkungan. Oleh karena itu, guru butuh teman kolaborasi untuk bertindak dan menyamakan persepsi menjadi guru merdeka belajar. 
Teman dalam belajar, berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama yaitu ekosistem pendidikan yang merdeka yang bisa menumbuhkan motivasi belajar sangatlah penting. Disinilah sebuah komunitas yang bisa mendukung kemerdekaan belajar diperlukan, seperti Komunitas Guru Belajar

Komunitas Guru Belajar adalah sebuah komunitas dengan tujuan saling berbagi, saling belajar dan saling support. Disini rekan rekan pendidik dan permerhati pendidikan bisa belajar dan berdiskusi untuk mengembangkan kompetensi profesi yaitu sebagai pendidik. Kita bisa mengembangkan potensi kita dengan merdeka.

Guru harus Merdeka Belajar sehingga mampu menumbuhkan ekosistem merdeka belajar dalam kelas.


Comments

  1. Sebagian guru, masih tetap terpola pikir mau belajar jika ada perintah atasan, sebagai persyaratan tertentu, atau kalau diberikan gratis plus sertifikat.

    Perlu Kesadaran Diri untuk punya sikap Merdeka Belajar.

    Salam Luar Biasa Prima!
    Wuryanano

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menciptakan Perubahan: Catatan Perjalanan di Program Guru Penggerak

Sejak mengikuti Program Guru Penggerak, saya menguatkan paham bahwa mengajar bukan hanya tentang mentransfer pengetahuan, tetapi juga tentang mendidik karakter. Sebuah kutipan yang saya dapat, “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga adalah yang terbaik.” Kutipan ini merangkum esensi pendidikan yang sebenarnya: tidak cukup hanya mengajarkan keterampilan akademis, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kehidupan yang mendalam. Dalam perjalanan ini, saya belajar untuk lebih fokus pada pembentukan karakter siswa. Misalnya, ketika mengajar, saya tidak hanya mengejar hasil akademis yang tinggi, tetapi juga mencoba menanamkan nilai tanggung jawab dan kemandirian. Sebagai seorang pendidik, saya merasa bertanggung jawab untuk membantu mereka memahami bahwa kehidupan tidak hanya diukur dari nilai atau prestasi akademis, tetapi juga dari bagaimana mereka berkontribusi pada lingkungan sosial dan komunitasnya. Program Guru Penggerak juga mengajarkan saya untu...

RPP Deep Learning??!!!

"Ini RPPnya kow begini ya, formatnya salah" "RPP merdeka belajar itu seperti apa? tolong dong contohnya." "Teman-teman, yang punya RPP Deep Learning.Tolong share" Percakapan seperti ini sering muncul setiap kali guru berkumpul. Setiap menjelang akreditasi, ribut soal format RPP. Ganti menteri, ribut lagi. Seolah format RPP menjadi hal yang paling penting dalam perencanaan pembelajaran. Padahal, buat saya, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) bukan soal format atau template baku. Saya lebih suka menyebutnya lesson plan, karena esensinya adalah rancangan yang memandu guru dalam memfasilitasi proses belajar murid. Maka, aneh rasanya kalau semua guru harus mengikuti satu format yang seragam. Setiap guru punya gaya, cara, dan konteks yang berbeda. Fokus seharusnya bukan pada tampilannya, tapi isi RPP itu sendiri. Apakah ia benar-benar mencerminkan proses belajar yang bermakna? Keributan tentang format RPP sering ditemui setiap ketemu teman teman guru.Tiap...

Guru, Emosi dan Murid Bermasalah

Guru: "Kamu kemana tadi? kenapa tidak ikut jam pelajaran saya?" Murid: "Saya ikut sosialisasi bu. Saya sudah menuliskan nama di list, dan katanya akan dimintakan ijin?" Guru: "Gak ada namanu di list, kamu bohong ya?" Murid: "Gak bu, saya sudah menuliskan nama saya." Guru: "Sudah , pokoknya kamu salah." Murid: "Maaf bu, kalau saya salah." Guru: "Dah, kamu tidak usah ikut UH dan tidak mendapatkan nilai." Ada yang pernah mengalami hal ini tidak semasa sekolah? Atau, mungkin ada yang pernah melakukan ini sebagai guru? Percakapan diatas diambil dari sebuah pengalaman murid. Ia merasa bingung dan sedih karena dimarahi meskipun sudah melakukan seperti yang diinstruksikan, menulis nama dan minta ijin. Setelah membaca dialog diatas bagaimana perasaan kita. Apakah memang muridnya yang sudah kurang ajar? Atau gurunya kurang sabar dan bisa dibilang normal dia marah seperti itu terhadap murid tersebut? Guru adalah manusia dan seb...