Skip to main content

Pendidikan seks di kelas 5 SD

"What is wet dream?"

"Does menstruation hurt?"

"Why there has to be hair growing in my private parts?"

Ini adalah sebagian dari pertanyaan pertanyaan yang diajukan murid murid di kelas terkait pubertas.

Jadi di kelas 5, awal tahun ajaran ini kita mulai dengan pembelajaran tentang pubertas. Loh, koq? Gak bahaya ta? 😱 

Seks dan sekitarnya adalah hal yang anehnya masih tabu untuk dibicarakan terutama di sekolah sekolah di Indonesia. Padahal permasalahan permasalahn remaja terkait ini banyak sekali terjadi dan sekarang ada pada level mengkhawatirkan. Pertimbangan kami adalah akses informasi yang mudah untuk anak anak dengan konten konten yang memgkhawatirkan terkait seks dan sekitarnya, pengatuh pergaulan dan media informasi serta media sosial yang sulit untuk dibendung, serta sebagian besar murid yang ternyata sudah masuk pada masa puber dan memiliki keingintahuan tinggi tentang pubertas. Hal inilah yang membuat kami memutuskan untuk memberikan pemahaman tentang pubertas pada jenjang kelas 5 di sekolah kami. Dibawah topik besar The Portrait of Change di semestee ini dan tema unit There's a change in ne anak anak di ajak untuk menemukan inkuiri mereka tentang pubertas. Bagaimana proses belajar mereka? Yuk, ikuti cerita kami!

Perjalanan dimulai dari pengenalan dulu melalui pertanyaan guru dan provokasi. Pertanyaan pertama yang diajukan adalah: What is puberty?



Gambar diatas adalah sebagian dari jawaban murid murid saat itu. Di awal diskusi tampak bahwa sebagian murid sudah kenal dengan pubertas yang mereka jelaskan dengan adanya perubahan dan menjadi dewasa. Ini memberikan pemahaman awal bahwa mereka memiliki pengetahuan tentang topik ini, bahkan ada beberapa yang menjelaskan perubahan apa saja yang terjadi yaitu mood swing dan tumbuh lebih besar. Dari situ kita memberikan penjelasan awal tentang apa yang akan dipelajari selama beberpa minggu ke depan tentang pubertas. Sebelum melanjutkan diskusi, di awal tema itu kami membuat kesepakaan dalam masa pembelajaran tentang pubertas karena masalah ini sangat sensitif. Kami berdiskusi membuat kesepakatan yang kami sebut GROUND Rules untuk membuat suasana belajar nyaman untu semua orang. 


Setelah berdiskusi kesepakatan itu, kami ajak murid menonton video tentang pubertas yang diikuti pertanyaan:

1. Apakah video tadi menjelaskan pemahaman yang sama tentang pubertas?
2. Apakah ada ciri ciri dari pubertas yang bisa kalian perhatikan dari video tersebut atau dari pengalaman kalian sendiri aau pengalaman teman?
3. Apakah ada yang ingin kalian ketahui tentang pubertas?


Dari pemahaman mereka tentang pubertas di awal dan dari video serta inkuiri mereka, maka alur pembelajaran kita bagi menjadi 3 yaitu perubahan fisik selama pubertas, dampak dari perubahan pubertas terhadap emosi dan sosial lalu bagaimana pubertas berpengaruh pada tanggung jawab sebagai individu dan sosial.

Pertama
Minggu pertama dan paruh minggu kedua fokus pembelajaran ada di perubahan fisik, dimulai dari penyebab perubahan dalam pubertas. Kami melakukan diskusi secara terpisah dengan menceritakan pengalaman atau concern selama pubertas atau bisa juga apa yang mereka pernah ketahui atau dengar bagi murid yang belum mengalami pubertas. Murid memilah perubahan perubahan yang terjadi pada laki laki dan perempuan, apa yang sama dan apa yang beda, dengan menggunakan diagaram venn (sekalian menggali sedikit pemahaman Matematika tentang mengolah data dan grafik he .... he ... he ...😁). Selama 2 minggu kedepan ini pelajaran agama Islam juga mengkaitkan pembelajaran mereka dengan tema Puberty yaitu tentang baliqh. Dari sisi Agama Islam pembelajaran ditekankan pada makna baliqh dan pubertas, apa kewajiban bagi yang sudah usia baliqh dan entang bersuci dari hadats besar. Integrasi dan kolaborasi pelajaran pelajaran terjadi disini, dari PSE, Sains, Olahraga dan Agama Islam. 

PSE fokus pada emosi, Sains pada perubahan fisik dan emosi, penyebabnya dan cara menghadapi perubahan perubahan tersebut. Olahraga fokus pada pembelajaran Body Potential. Agama Islam pada baliqh serta kewajibannya.

Banyak diskusi yang terjadi dalam dua minggu tersebut yang memunculkan banyak pertanyaan baru dari murid. 

Kedua
Di paruh minggu kedua dan minggu ketiga, pembelajaran terkait perubahan emosi pada masa pubertas, penyebab dan cara mengatasi perubahan emosi tersebut. Disini murid belajar bagaiman sebenarnya perubahan emosi bisa terjadi, apakah yang menyebabkan perubahan emosi tersebut. Sains berperan dalam pembelajaran bagaimana Mood swing terjadi secara saintifik. Murid belajar tenang hormon dan efeknya terhadap tubuh dan emosi. 

Dalam kelas PSE murid belajar bagaimana emosi juga bisa berpengaruh pada tubuh dan cara mengatasi hal tersebut. Mereka belajar melalui diskusi dan memecahkan contoh kasus. Disini mereka belajar untuk menyampaikan opini dengan baik dan menanggapi perbedaan opini dengan baik. Dalam diskusi mereka berlatih mencari solusi terbaik.

Di tahap ini, muncul juga pertanyaan pertanyaan dari murid.

Ketiga

Di tahap ketiga, minggu keempa, menanggapi inkuiru dan memberikan pengalam belajar dari ahlinya kami mn=engundang guru tamu. Guru tamu tersebut adalah seorang doketer SpOG (Obsteri dan Ginekolog). Dengan praktisi atau ahli ini, murid akan bertanya lebih banyak dan mencari jawaban terhadap inkuiri mereka.

Dalam tahap tiga ini, murid belajar untuk melihat bagaimana pertumbuhan atau pubertas mempengaruh kewajiban dan tanggung jawab. Disini murid mencoba berdiskusi dan menemukan apa arti dari pubertas, Apa tanggung jawab mereka sebagai individu dan debagai anggota masyarakat. Untuk ini pembahasan dimukai dari merawat tubuh dan kesehatan. Murid menemukan permasalahan permasalahan yang bisa terjadi selama pubertas dan bagaimana mengatasinya, seperti perut kram saat menstruasi, jerawat dan masalah masalah lain yang ditemukan.

Asesmen

Untuk asesmen di unit ini, anak anak diajak untuk berbagi. Mereka menyampaikan pemahaman mereka dengan fokus pada isu yang menjadi ketertarikasn mereka dan membagikan strategi untuk mengatasi masalah tersebut.

Di awal minggu asesmen yaitu minggu ke 5, murid diajak berdiskusi tentang rencana asesmen. Mereka diajak untuk memahami tujuan dari asesmen, apa yang diharapkan dari apa yang mereka kerjakan nanti, dengan siapa mereka berbagi dan apa yang akan mereka buat sebagai media untuk berbagi.

Murid juga diajak berdiskusi kriteria penilaian dan juga linimasa pengerjaan tugas.

Kenapa asesmen juga perlu melibatkan murid? sama seperti ketika kita bekerja, kita akan bisa mencapai hasil maksimal atau bahkan melebihi standard jika kita paham tujuan, apa, bagaimana dan kapan. Dengan ini kita memberikan kesempatan untuk merencanakan dan anti juga merefleksikan rencana dan hasil.

Kami juga mendiskusikan bagaiman kita akan berbagi dan keputusannya jatuh pada membuat eksibisi mini yang menyajikan atau menunjukan hasil karya mereka.

Murid menjelaskan ke auidens tentang jakun

Presentasi

Salah satu poster yang dibuat murid

Selesai mini exhibition, audiens memberikan feedback untuk bahan refleksi.

Refleksi

Diakhir unit murid diminta melakukan refleksi erhadap pembelajaran yang ada dan apa yang sudah dicapai atau dipelajari. Ada 2 pertanyaan yang digunakan untuk memandu refleksi mereka:

1. Bagaimana seluruh proses pembelajaran yang sudah dilakukan membantu kalian memahami tentang pubertas?

2. Pengalaman belajar mana yang paling kalian suka dan kenapa?

Hasil refleksi beberapa murid

Pendidikan seks jangan dianggap tabu. Untuk pembelajaran terkait topik ini kita mulai dari pemahaman awal supaya tidak melewati batas kesesuain untuk mereka. Semoga bermanfaat dan selamat mencoba. Amati, Tiru, Adaptasi, Inovasi.


Comments

  1. Suka banget Bu sama materi ini. Apalagi dengan setting GROUND rules dulu untuk membantu meningkatkan kenyamanan dalam sesi diskusi. Thank you Bu!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menciptakan Perubahan: Catatan Perjalanan di Program Guru Penggerak

Sejak mengikuti Program Guru Penggerak, saya menguatkan paham bahwa mengajar bukan hanya tentang mentransfer pengetahuan, tetapi juga tentang mendidik karakter. Sebuah kutipan yang saya dapat, “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga adalah yang terbaik.” Kutipan ini merangkum esensi pendidikan yang sebenarnya: tidak cukup hanya mengajarkan keterampilan akademis, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kehidupan yang mendalam. Dalam perjalanan ini, saya belajar untuk lebih fokus pada pembentukan karakter siswa. Misalnya, ketika mengajar, saya tidak hanya mengejar hasil akademis yang tinggi, tetapi juga mencoba menanamkan nilai tanggung jawab dan kemandirian. Sebagai seorang pendidik, saya merasa bertanggung jawab untuk membantu mereka memahami bahwa kehidupan tidak hanya diukur dari nilai atau prestasi akademis, tetapi juga dari bagaimana mereka berkontribusi pada lingkungan sosial dan komunitasnya. Program Guru Penggerak juga mengajarkan saya untu...

RPP Deep Learning??!!!

"Ini RPPnya kow begini ya, formatnya salah" "RPP merdeka belajar itu seperti apa? tolong dong contohnya." "Teman-teman, yang punya RPP Deep Learning.Tolong share" Percakapan seperti ini sering muncul setiap kali guru berkumpul. Setiap menjelang akreditasi, ribut soal format RPP. Ganti menteri, ribut lagi. Seolah format RPP menjadi hal yang paling penting dalam perencanaan pembelajaran. Padahal, buat saya, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) bukan soal format atau template baku. Saya lebih suka menyebutnya lesson plan, karena esensinya adalah rancangan yang memandu guru dalam memfasilitasi proses belajar murid. Maka, aneh rasanya kalau semua guru harus mengikuti satu format yang seragam. Setiap guru punya gaya, cara, dan konteks yang berbeda. Fokus seharusnya bukan pada tampilannya, tapi isi RPP itu sendiri. Apakah ia benar-benar mencerminkan proses belajar yang bermakna? Keributan tentang format RPP sering ditemui setiap ketemu teman teman guru.Tiap...

Guru, Emosi dan Murid Bermasalah

Guru: "Kamu kemana tadi? kenapa tidak ikut jam pelajaran saya?" Murid: "Saya ikut sosialisasi bu. Saya sudah menuliskan nama di list, dan katanya akan dimintakan ijin?" Guru: "Gak ada namanu di list, kamu bohong ya?" Murid: "Gak bu, saya sudah menuliskan nama saya." Guru: "Sudah , pokoknya kamu salah." Murid: "Maaf bu, kalau saya salah." Guru: "Dah, kamu tidak usah ikut UH dan tidak mendapatkan nilai." Ada yang pernah mengalami hal ini tidak semasa sekolah? Atau, mungkin ada yang pernah melakukan ini sebagai guru? Percakapan diatas diambil dari sebuah pengalaman murid. Ia merasa bingung dan sedih karena dimarahi meskipun sudah melakukan seperti yang diinstruksikan, menulis nama dan minta ijin. Setelah membaca dialog diatas bagaimana perasaan kita. Apakah memang muridnya yang sudah kurang ajar? Atau gurunya kurang sabar dan bisa dibilang normal dia marah seperti itu terhadap murid tersebut? Guru adalah manusia dan seb...